Sebuah surat orang tua kepada anaknya

Friday, November 16, 2012



 Anakku…
Ketika aku semakin tua,
Aku harap kamu memahami dan memiliki kesabaran untukku…
Suatu ketika aku memecahkan piring, atau menumpahkan sup diatas meja, karena penglihatanku berkurang.
Aku harap kamu tidak memarahiku.
Orang tua itu sensitif
Selalu merasa bersalah ketika kamu berteriak
Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakana, aku harap kamu tidak memanggilku “Tuli!”.
Mohon ulangi apa yang kamu katakana atau menulisnya.
Maaf, anakku.
….aku semakin tua.
Ketika lututku mulai lemah, aku harap kamu memiliki kesabaran untuk membantuku bangun.
Seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil untuk belajar berjalan.
Aku mohon, jangan bosan denganku.
Ketika aku terus mengulangi apa yang aku katakan, seperti kaset rusak.
Aku harap kamu terus mendengarkan aku.
Tolong jangan mengejekku, atau bosan mendengarkanku.
Apa kamu ingat, ketika kamu masih kecil dan kamu ingin sebuah balon?
Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang-ulang sampai kamu mendapat apa yang kamu inginkan.
…..Maafkan juga bauku.
Tercium seperti orang yang sudah tua.
Aku mohon jangan memaksaku untuk mandi
Tubuhku lemah….
Orang tua mudah sakit karena mereka rentan terhadap dingin
Aku harap, aku tidak terlihat kotor bagimu…
Apakah kamu ingat,ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mengejar-ngejar kamu…
Karena kamu tidak ingin mandi.
Aku harap kamu bisa bersabar denganku ketika aku selalu rewel.
Ini semua bagian dari menjadi tua, kamu akan mengerti ketika kamu tua.
Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara.
Bahkan untuk beberapa menit
Aku selalu sendiri sepanjang waktu dan tidak memiliki seorang pun untuk diajak bicara.
Aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaanmu.
Bahkan jika kamu tidak tertarik dengan ceritaku, aku mohon berikan aku waktu bersamamu.
Apa kamu ingat, ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu.
Ketika saatnya tiba….
Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku.
Maaf,
Kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan.
Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku, selama beberapa saat terakhir dalam hidupku.
Aku mungkin tidak akan bertahan lebih lama,
Ketika waktu kematianku datang…
Aku harap kamu memegang tanganku dan memberikan aku kekuatan untuk menghadapi kematian.
Dan jangan khawatir…
Ketika aku bertemu dengan Sang Pencitpa…
Aku akan berbisik kepada-Nya…
Untuk selalu memberikan BERKAH padamu
Karena kamu mencintai, ibu dan ayahmu…
Terima kasih atas segala perhatianmu, nak…..
Kami mencintaimu,
Dengan kasih yang berlimpah dan tiada batas,

Salam,
Ibu dan Ayah.

Sumber : Craddha Edisi ke-49/Th.XII/Nopember-Desember 2012

0 comments:

Post a Comment